Nisa dan Kacamata
Jadilah aku bertekad, aku juga mau pakai kacamata! Biar keren juga.
Tapi kata ibu, yang boleh pakai kacamata itu orang yang matanya minus saja. Yaah, aku kecewa.
Lalu aku memutar otak. Kalau yang memakai kcamata itu yang sakit mata saja, maka aku akan bikin mataku sakit! Bruakakak
Segala cara aku lakukan. Mulai dari baca buku di tempat gelap, nonton TV dekat-dekat, sampai tidak mau makan wortel. Tapi.. sayangnya mataku masih sehat-sehat saja. Yang ada malah aku pegal sendiri. Huft, aku gagal jadi orang berkacamata.
Tahun berlalu, dan keinginan pakai kacamata biar keren itu menguap.
Ketika aku SMA, aku mulai intens menggunakan handphone. Maksudku, saat SMA aku mulai buka media sosial, google, instagram, wattpad, blogger, hingga menjadi pecandu youtube. Dan seringnya, aku membuka media sosial di malam hari, dengan lampu kamar yang remang.
Dari situ aku mulai merasa mataku sakit. Tapi biarlah, aku tak peduli. Sampai ibu memarahiku karena hape, aku juga tak peduli.
Masuk kuliah, semakin parah. Aku sering dihadapkan pada tugas kuliah yang menumpuk, dan aku jadi lebih sering menggunakan laptop. Dan entah sudah jadi kesukaanku atau bagaimana, aku suka buka laptop malam hari. Ditambah main hape dengan posisi layar yang langsung menghadap ke muka. Pokoknya dari situ sepertinya semua bermula.
Suatu hari di kelas, aku menyipitkan mata. Alasannya.. aku gak bisa baca tulisan dosen di papan tulis!
Waduh waduh, parah. Aku biarkan berbulan-bulan, dan makin lama akhirnya aku tidak tahan harus terus-terusan duduk di depan biar bisa membaca tulisan dan ppt dosen.
Aku akhirnya periksa ke dokter mata, setelah dimarahi ibu. Dan jengjeng.. hasilnya aku sudah minus 1/2 dan 3/4. Plus silinder. Aku diceramahi habis-habisan.
Tapi aku pertamanya seneng. Senang karena, impian masa kecilku tercapai dong, jadi manusia berkacamata :'D wkwkwk
Aku lalu beli kacamata pertamaku. Dengan meminta saran sana-sini, yang mana yaa kacamata yang cocok buat nipau hoho.
Tapi ketika pertama ke optik, pandangan mataku langsung tertuju pada sebuah kacamata. Seolah ada kemilau cahaya yang magis dari sebuah kacamata mungil di pojokan etalase. Warnanya biru, bentuknya hampir kotak hampir bulat. Di pinggirnya ada gambar bunga kecil berwarna putih.
Cantiknya.. aku terpesona. Pandangan mataku tak bisa berpaling dari sana.
Tapi sebagus apapun kacamata itu menurutku, kata teman-teman itu jelek. Gak cocok. Gak baguss. Haduhh.
"Plis pliss liat lagi. Bagus banget, ada bunganyaaa!"
"Ohh jadi kamu pilih itu karena ada bunganya??"
"Hehehehe"
"-__-"
Akhirnya di grup, mereka bilang. "Terserah kamu ajalah. Kalaupun kita bilang bagus yang lain, pasti kamu tetap milih itu. Karena yang kamu cari itu bukan pendapat orang lain, tapi pengakuan orang lain atas pilihanmu."
Aku meringis. Iya bener juga.. aku bertanya pendapat mereka, dengan harapan mereka mengiyakan pilihanku. Jadi, aku cuma semacam mencari penguatan aja.
Emang dasar ye perempuan, nanya-nanya pendapat orang, ujung-ujungnya pendapat dia juga yang dipilih. Hahaha.
Akhirnya kacamata berbingkai biru dengan gambar bunga itu aku beli. Yang aku ingat, riang sekali rasanya waktu beli.
Tapi ternyata pas dipake....
Haduh ga ada seneng-senengnya.
Bagus kagak, aneh iya!
Pemikiranku dulu ternyata ga bener. Aku kira pakai kacamata bakal menyenangkan, jadi keren. Ternyata ga ada keren-kerennya sama sekali -_-
Keren darimananya buk.. kalo pake helm serasa matanya 4. Kalo kena air jadi burem, kalo kena lampu jalan jadi silau. Apalagi kalo kacamata kita kesentuh jari abis megang gorengan. Ya Allah.. tenggelem ajalah udah.
Jadilah aku jarang pakai kacamata :D males gitu rasanya. Dan berujung pada.. minusku bertambah.
Sepulang dari acara Kader Surau selama 5 hari di Bogor, aku memutuskan periksa mata ulang. Dan ternyata beneran, minusku bertambah banyak. Mau nangis rasanya.
Kali kedua aku membeli kacamata, aku ditemani dengan teman-temanku. Mereka yang memilihkan kacamata kali ini. Aku udah nurut deh, udah.
Kali ini pilihannya agak waras, bukan karena gambar bunga lagi. Aku dipilihkan kacamata bulat--hampir oval dengan frame warna hitam. Biar netral, katanya.
Kali ini aku mengiyakan pendapat temanku dan mas-mas tukang optik yang promosinya handal sekali. Aku curiga dia S3 Marketing.
Sejak saat itu, aku memakai kacamata baru. Dan entah kenapa, aku bertambah pede kalau memakai kacamata. Mungkin memang pengakuan orang lain atas diri kita sangat mempengaruhi rasa percaya diri ya.
Sejak itulah nipau istiqomah pakai kacamata wkwk. Soalnya aku ga mau minusku nambah lagi :") tapi lebih sering ga istiqomah sih😂 kalau pergi ke luar yang sekiranya masih bisa liat objek, aku ga pake. Ribet soalnya haha. Tapi aku selalu bawa kacamata kemana-mana. Dan teman-teman SMA-ku juga makin kaget melihat seorang aku berkacamata.
Aku juga sekarang sudah tidak memikirkan apakah pakai kacamata jadi tambah keren. Karena nyatanya, keren ga berarti apa-apa dibandingkan sehat. Gaya semata ga berarti apa-apa dibanding normal.
Kalau diingat sekarang, aku menyesal pernah abai pada kesehatan mataku. Kalau aku waspada, mungkin tidak akan separah ini. Aku masih bisa menikmati jelasnya pemandangan cantik meski tanpa kacamata. Bisa naik motor tanpa repot kacamata mengganggu. Tapi ya sudah, kalau berpikiran begitu malah tambah nyesel. Yang ada sekarang, disyukuri saja.
Makanya kalau ada kesempatan untuk bicara dengan si Nisa kecil, aku cuma mau bilang;
"Hey, bersyukurlah. Kamu keren apa adanya, tanpa harus mengubah diri. Kamu keren sebagaimana Allah memberi anugerah padamu. Tidak perlu jauh-jauh mencari pengakuan orang lain ya, Nisa.
Rasakan indahnya menerima diri sendiri dan bersyukur atas segala pemberian Allah."
Dari kacamata, itulah yang aku pelajari. Nikmat sehat emang kadang suka dilupakan, baru terasa jika sudah ada sakit di tubuh. Padahal bahagia paling sederhana adalah saat kita bisa menikmati sekeliling dengan tubuh dan indera yang sempurna.
Yang pasti, jangan berhenti mensyukuri diri.
Terimakasih ya, sudah mau baca. Kalau bisa baca sampai sini, kamu hebat. Hehehe. Entahlah ada kebaikan yang bisa diambil atau tidak dari tulisan ini, tapi semoga ada ya.
Udah deh ga akan panjang-panjang lagi.
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya :)
Kali kedua aku membeli kacamata, aku ditemani dengan teman-temanku. Mereka yang memilihkan kacamata kali ini. Aku udah nurut deh, udah.
Kali ini pilihannya agak waras, bukan karena gambar bunga lagi. Aku dipilihkan kacamata bulat--hampir oval dengan frame warna hitam. Biar netral, katanya.
Kali ini aku mengiyakan pendapat temanku dan mas-mas tukang optik yang promosinya handal sekali. Aku curiga dia S3 Marketing.
Sejak saat itu, aku memakai kacamata baru. Dan entah kenapa, aku bertambah pede kalau memakai kacamata. Mungkin memang pengakuan orang lain atas diri kita sangat mempengaruhi rasa percaya diri ya.
Sejak itulah nipau istiqomah pakai kacamata wkwk. Soalnya aku ga mau minusku nambah lagi :") tapi lebih sering ga istiqomah sih😂 kalau pergi ke luar yang sekiranya masih bisa liat objek, aku ga pake. Ribet soalnya haha. Tapi aku selalu bawa kacamata kemana-mana. Dan teman-teman SMA-ku juga makin kaget melihat seorang aku berkacamata.
Aku juga sekarang sudah tidak memikirkan apakah pakai kacamata jadi tambah keren. Karena nyatanya, keren ga berarti apa-apa dibandingkan sehat. Gaya semata ga berarti apa-apa dibanding normal.
Kalau diingat sekarang, aku menyesal pernah abai pada kesehatan mataku. Kalau aku waspada, mungkin tidak akan separah ini. Aku masih bisa menikmati jelasnya pemandangan cantik meski tanpa kacamata. Bisa naik motor tanpa repot kacamata mengganggu. Tapi ya sudah, kalau berpikiran begitu malah tambah nyesel. Yang ada sekarang, disyukuri saja.
Makanya kalau ada kesempatan untuk bicara dengan si Nisa kecil, aku cuma mau bilang;
"Hey, bersyukurlah. Kamu keren apa adanya, tanpa harus mengubah diri. Kamu keren sebagaimana Allah memberi anugerah padamu. Tidak perlu jauh-jauh mencari pengakuan orang lain ya, Nisa.
Rasakan indahnya menerima diri sendiri dan bersyukur atas segala pemberian Allah."
Dari kacamata, itulah yang aku pelajari. Nikmat sehat emang kadang suka dilupakan, baru terasa jika sudah ada sakit di tubuh. Padahal bahagia paling sederhana adalah saat kita bisa menikmati sekeliling dengan tubuh dan indera yang sempurna.
Yang pasti, jangan berhenti mensyukuri diri.
Terimakasih ya, sudah mau baca. Kalau bisa baca sampai sini, kamu hebat. Hehehe. Entahlah ada kebaikan yang bisa diambil atau tidak dari tulisan ini, tapi semoga ada ya.
Udah deh ga akan panjang-panjang lagi.
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya :)
Komentar
Posting Komentar