Jurnalisme Warga, Praktik Baru Jurnalistik dalam Perspektif Optimis Media Online




Awal tahun 2000-an, sebuah istilah baru muncul dan sangat cepat menjadi istilah keren sehari-hari. Ya, “media sosial”. Di era millenial saat ini ketika internet telah menjadi teman dekat, media sosial juga menjadi sahabat. Media sosial atau platform berbasis online yang dapat memungkinkan penggunanya saling berbagi informasi menjadi penjembatan komunikasi saat ini. Menurut perspektif optimis,  keterlibatan dunia maya dapat menciptakan komunitas alternatif yang sama bermanfaatnya bagi komunitas fisik. Keberadaan dunia maya atau internet menjadikan penggunanya dapat berkomunikasi secara luas tanpa ada batasan geografis.

Perspektif optimis menyatakan bahwa kehadiran internet justru meningkatkan intensitas komunikasi menjadi lebih teratur dan memperluas jaringan kerabat serta keluarga yang jauh. Perspektif optimistik semakin melihat internet sebagai media interaksi sosial yang meningkatkan frekuensi dan interaksi yang beragam. Internet memberikan kesempatan lebih luas bagi orang-orang yang memiliki kesibukan hingga tidak sempat berinteraksi secara fisik, kemudian mereka beralih ke dunia virtual untuk mencari informasi dan menjalin relasi serta mencari teman baru. Selain itu, internet memungkinkan orang untuk mengekspresikan dirinya seperti melalui media sosial, dan lain sebagainya.

Namun saat ini, media sosial dapat menjadi pisau bermata ganda apabila masyarakat tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Media sosial dapat menyebarkan pornografi dan konten negatif lainnya. Selain itu, saat ini media sosial menjadi penghasil hoax atau berita bohong yang mengakibatkan pepecahan dalam masyarakat. Berbagai kasus hoax sudah sering melanda Indonesia sehingga menyebabkan keresahan di dunia maya maupun dunia nyata. Sebut saja kasus hoax penculikan anak yang pernah beredar di awal tahun 2010, berita serbuan tenaga kerja asing China ke Indonesia pada tahun 2017, kasus hoax Ratna Sarumpaet di tahun 2018, dan masih banyak lagi. Semua berita hoax ini membuat publik menjadi resah.

Dampak negatif dari media sosial yang menjadi tantangan saat ini yaitu adanya berita bohong atau hoax yang penyebarannya sangat mudah dilakukan melalui media sosial. Hoax merupakan informasi atau berita yang berisi hal-hal yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenaran atau faktanya dan ada usaha untuk mempengaruhi pembacanya untuk mempercayai berita yang tidak benar. Hoax juga dapat berisi informasi palsu yang sengaja dibuat untuk kepentingan pihak tertentu. Belakangan ini, informasi atau berita yang valid tidak mudah diverifikasi kebenarannya. Survey Mastel (2017) menunjukkan bahwa dari 1.146 responden, 44,3% diantaranya menerima berita hoax sedikitnya satu kali setiap hari dan 17,2% menerima lebih dari satu kali dalam sehari. Bahkan media arus utama yang diandalkan sebagian media yang dapat dipercaya terkadang ikut terkontaminasi penyebaran hoax. Media arus utama juga menjadi saluran penyebaran informasi/berita hoax, radio sebesar 1,20%, 5% media cetak, dan 8,70% televisi (Juditha, 2018).

Media sosial yang membawa banyak dampak negatif ini terjadi karena pengguna media sosial memiliki tingkat literasi media yang rendah.  Firestone (Hobbs, 1998) menjabarkan literasi sebagai “kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan media dalam berbagai bentuknya”. Jadi, seseorang baru bisa dianggap memiliki literasi meda jika ia kritis terhadap isi media serta dapat memproduksi berita baru. Saat ini, literasi media menjadi kebutuhan yang penting agar masyarakat dapat bermedia dengan bijak. Selama ini, upaya mengedukasi masyarakat mengenai literasi media hanya sebatas pada sosialisasi ataupun kampanye. Hal ini dirasa belum maksimal karena masyarakat masih belum menemukan hasil nyata dari kesadaran literasi. Salah satu cara meningkatkan kesadaran literasi media secara aktif yaitu melalui jurnalisme warga.

Jurnalisme warga merupakan cara efektif dalam mengembangkan literasi media, karena dapat menstimulasi warga untuk kritis terhadap isi media dan dapat mendorong untuk memproduksi informasi baru melalui berbagai bentuk. Jurnalisme warga merupakan peran aktif masyarakat atau warga dalam sebuah lingkungan dalam reportase berita dan informasi. Warga berperan sebagai jurnalis aktif untuk memproduksi berita, dengan media utamanya yaitu media online (Gerring & Thacker, 2004). Melalui jurnalisme warga, masyarakat akan terlibat aktif dalam edukasi mengenai literasi media. Dengan hal ini, masyarakat tidak terhenti hanya pada penyadaran tentang literasi, namun juga ikut menyebarkan kesadaran literasi media itu sendiri. Dengan melakukan jurnalisme warga, secara sendirinya masyarakat akan mempraktekkan literasi media dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh jurnalisme warga yang sudah berjalan yaitu Grup "Celoteh Brebes Membangun", sebuah grup Facebook berupa komunitas jurnalisme warga di daerah Brebes. Grup tersebut digunakan untuk mengupload berita-berita buatan masyarakat setempat.

Melalui jurnalisme warga, edukasi mengenai literasi media akan semakin tepat sasaran. Mengapa? Sebab masyarakat tidak hanya diajak untuk menyadari bahwa kesadaran literasi media itu perlu. Namun, masyarakat juga menjadi agen penyebar literasi media melalui berita-berita yang dibuat. Ketika seseorang menuliskan berita dengan standar jurnalistik, secara otomatis ia akan tersetel untuk memilah berita yang faktual dan layak diberitakan karena mengandung nilai kebermanfaatan bagi pembaca. Ternyata, media sosial dapat menjadi upaya peningkatan literasi media ini pula, lho. Dan ternyata, media sosial dapat menjadi upaya peningkatan literasi media ini pula, lho.

Dalam pelaksanaan jurnalisme warga, masyarakat akan membuat produk berita yang diangkat dari lingkungan sekitarnya sendiri. Berita ini dapat berupa informasi sehari-hari, bebas mengenai kejadian di sekitar. Misalnya, ada tetangga yang terkena sakit, tanggal arisan RT, bahkan acara pernikahan anak Pak Lurah, semua boleh dijadikan produk berita dalam jurnalisme warga ini. Nah, nantinya produk berita ini akan dipublikasikan melalui media maya berupa website atau grup media sosial. Oleh karena inilah, media sosial dapat berperan dalam meningkatkan literasi media.

Tujuan dari penggunaan media sosial sebagai media publikasi jurnalisme warga ini agar dapat membangun manfaat yang konstruktif dari media sosial. Selain dampak negatif, tentu saja ada dampak positif penggunaan media sosial ini. Sisi positif dan konstruktif inilah yang harus terus didorong. Dalam perspektif Social Construction of Technology (SCOT), seharusnya teknologi tidak menjadi pengatur hidup manusia (technological determenism), tetapi sebaliknya, manusialah yang harus membentuk penggunaan teknologi (Edi, 2019).

Dari praktik jurnalisme warga ini, kita dapat mengambil salah satu bukti perspektif optimis yang berasumsi bahwa media online dapat menjadi penjembatan komunikasi yang semakin meningkatkan komunitas fisik. Bukankah partisipasi masyarakat akan berjalan dan fungsi edukasi dapat terlaksana?

Melalui jurnalisme warga, ancaman hoax di media sosial—yang juga merupakan kekhawatiran perspektif pesimis—dapat diminimalisir. Jurnalisme warga yang menjadi salah satu bukti dari perspektif optimis yang menjadi upaya agar aspek negatif dari media dapat kita tangkal.

NISA FAUZTINA
F1C018060


DAFTAR PUSTAKA

Hastjarjo, Siti. 2015. “Citizen Journalism sebagai Media Partisipasi Pembangunan Akuntabilitas Pemerintah”. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi, Vol. 6 No. 2 November 2015

Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping an Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd. London. (Chapter 3 : Perspectives on Internet Use : Access, Involvement and Interaction”)

Santoso, Edi. 2019Peran Jurnalisme Warga dalam Pemberdayaan Masyarakat DesaJurnal Kajian Komunikasi, Volume 7, No. 2, Desember 2019

Komentar

  1. Wah isinya sangat informatif kak, terima kasih telah membuat saya menjadi lebih paham

    BalasHapus
  2. Nice info! Teknologi semakin berkembang,masyarakat juga harus makin melek akan teknologi dg pemanfaatan yg baik. Semangat menulis!

    BalasHapus
  3. wah tulisan yang keren kak! tetap berkarya ya^^

    BalasHapus
  4. Ulasan yang menarik! memang kita harus lebih kritis. terus menulis ya!

    BalasHapus
  5. Informatif, ditunggu tulisan selanjutnya :)

    BalasHapus
  6. Makasih kak! Jadi tahu apa itu jurnalisme warga

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer